SELAMAT DATANG DI SITUS TIDAK RESMI KANWIL IV DJKN PALEMBANG

Rabu, 22 Juli 2009

PENERIMAAN CPNS GOL. II DEPKEU TAHUN 2009

Departemen Keuangan (Depkeu) membuka penerimaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) golongan II Tahun Anggaran 2009.

Sekjen Depkeu Mulia P. Nasution dalam Pengumuman di Jakarta, Selasa, menyebutkan, Depkeu akan menerapkan sistem gugur dalam seleksi/penyaringan dan penerimaan CPNS golongan II itu.

Seleksi akan meliputi empat tahap yaitu
1. seleksi administrasi,
2. tes potensi akademik (TPA),
3. psikotes,
4. tes kemampuan khusus dan kebugaran.
Seleksi akan dilaksanakan di 6 (enam)kota yaitu Jakarta, Medan, Batam, Semarang, Surabaya, Bitung, dan Makasar.

Nama jabatan dan kualifikasi pendidikan yang dibuka adalah
1. Juru Mudi Tingkat I
lulusan D-III Pelayaran dan Ahli Nautika Tingkat (ANT) III,
2. Juru Motor Tingkat I
lulusan D-III Pelayaran dan ahli teknika tingkat (ATT III),
3. Juru Mudi Tingkat II
lulusan SMK Pelayaran atau SPM dan ANT IV,
4. Juru Motor Tingkat II
lulusan SMK Pelayaran atau SPM dan ATT IV, dan
5. Anak Buah Kapal Tingkat II
lulusan SMK Mesin, SMK Listrik, SMK Elektronika, dan SMK Bangunan Kapal.

Persyaratan pendaftaran antara lain
1. WNI, usia minimal 18 tahun dan maksimal 30 tahun untuk kelompok pertama dan kedua
2. minimal 18 tahun dan maksimal 24 tahun untuk kelompok tiga hingga 8

Persyaratan lain antara lain :
1. berjenis kelamin laki-laki dengan tinggi badan minimal 165 cm
2. Tidak buta warna, tidak cacat badan dan tidak mengalami ketergantungan terhadap
narkotika/sejenisnya
3. bersedia ditempatkan di seluruh wilayah NKRI.

Informasi selanjutnya dapat di unduh disini

Selengkapnya...

Minggu, 19 Juli 2009

PENERIMAAN CPNS DEPLU 2009

Departemen Luar Negeri Republik Indonesia membuka kesempatan kepada Warga Negara Indonesia untuk menjadi CPNS Gol III dan II. adapun pendaftaran secara online melalui situs http://e-cpns.deplu.go.id mulai tanggal 21 Juli 2009. Formasi yang akan dibuka yaitu :

1. Pejabat Diplomatik dan Konsuler

Lulusan S1, S2, dan S3 menjadi CPNS Golongan III untuk dididik menjadi Pejabat Diplomatik dan Konsuler (Diplomat/PDK);


2. Bendaharawan dan Penata Kerumatanggan

Lulusan Diploma 3 (D3) menjadi CPNS Golongan II untuk dididik menjadi Bendaharawan dan Penata Kerumahtanggaan Perwakilan (BPKRT)


3. Petugas Komunikasi

Lulusan Diploma 3 (D3) menjadi CPNS Golongan II untuk dididik menjadi Petugas Komunikasi (PK)


informasi lebih lanjut dapat di donlot di sini

Selengkapnya...

Kamis, 16 Juli 2009

Sosialisasi tugas dan fungsi DJKN

Pada tanggal 14 Juli 2009 bertempat di Hotel Djayakarta Daira Palembang telah dilaksanakan sosialisasi tentang tugas dan fungsi KPKNL/DJKN dengan para peserta dari Bank Sumsel Palembang. Acara tersebut diadakan atas undangan dari Lembaga Pendidikan dan Pelatihan
Swadharma. Pada kesempatan tersebut disampaikan juga Keputusan Menteri Keuangan No. PMK 88/2009 tentang revisi PMK No. 128/PMK.06/2007 tentang pengurusan piutang negara. Selengkapnya...

Rabu, 15 Juli 2009

Telah Dibuka, Seleksi Pejabat/Pelaksana Kantor Teladan

Untuk memberikan kesempatan luas kepada Pejabat/Pelaksana di lingkungan DJKN, sesuai surat Sekretaris Ditjen nomor: S-70/KN/UP.10/2009 tanggal 10 Juli 2009 telah dibuka seleksi pegawai untuk enam Kantor Pelayanan Teladan, yaitu KPKNL Medan, KPKNL Palembang, KPKNL Bandung, KPKNL Bekasi, KPKNL Semarang dan KPKNL Makassar. Proses seleksi dimulai tanggal 14 Juli 2009.

Dapat diunduh disini ----> Surat S-
70/KN/UP.10/2009.

sumber : www.djkn.depkeu.go.id/djkn

Selengkapnya...

Virus H1N1 Lebih Ganas dari Perkiraan

KOMPAS.com — Virus H1N1 yang menyebabkan flu babi masih dianggap enteng oleh masyarakat karena daya bunuhnya masih rendah. Baru-baru ini tim peneliti internasional mengungkapkan bahwa virus H1N1 ternyata lebih ganas dari yang selama ini diperkirakan.

Penelitian yang diketuai oleh virologis Yoshihiro Kawaoka menampilkan dengan detail gambar virus dan kualitas patogeniknya. Berbeda dengan yang selama ini dikira, ternyata virus H1N1 mampu menginfeksi bagian dalam sel di paru-paru, yang akan mengakibatkan pneumonia dan pada beberapa kasus, kematian. Virus flu biasa hanya menginfeksi satu sel pada sistem pernapasan atas.

"Ada kesalahpahaman tentang virus ini," kata Kawaoka, profesor patobiologikal dari UW-Madison School of Veterinary Medicine. "Orang mengira patogen virus ini serupa dengan flu biasa. Hasil studi kami memberi bukti nyata bahwa ia berbeda," katanya.

Kemampuan virus itu menginfeksi paru-paru, kata Kawaoka, sama menakutkannya dengan pandemi virus lain, misalnya saja yang terjadi pada tahun 1918 yang membunuh 10 juta orang di akhir Perang Dunia I. Penelitian Kawaoka juga menunjukkan, orang yang lahir sebelum tahun 1918 memiliki antibodi untuk melawan virus H1N1 yang baru.

Karenanya, mungkin saja virus ini akan lebih berbahaya dari pandemi sekarang, mengingat kemampuan virus ini berevolusi menjadi bentuk baru. Selain itu, makin banyak orang tertular virus ini, makin besar peluang virus ini berubah jadi mematikan.

Dalam penelitiannya, Kawaoka dan timnya menginfeksi beberapa hewan percobaan dengan virus flu biasa dan virus flu yang jadi pandemi. Ternyata, virus H1N1 lebih mudah menggandakan diri pada sistem pernapasan dibandingkan dengan flu biasa, dan menyebabkan lesi pada paru-paru.

Selengkapnya...

APBN Diarahkan Menangani Krisis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah siap mempercepat pembahasan rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara 2010 dengan DPR. Rancangan APBN tahun depan masih diarahkan menangani dampak krisis, antara lain memperluas optimasi anggaran hingga ke tingkat daerah.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengemukakan hal itu saat membuka sidang kabinet paripurna di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (14/7). Sidang paripurna pertama sejak masa kampanye pemilu presiden ini dengan agenda tunggal pembahasan rancangan APBN 2010.

Penyampaian nota keuangan dan pengantar rancangan APBN oleh Presiden kepada DPR yang biasanya pada 16 Agustus diperkirakan dimajukan menjadi 3 Agustus. ”Transisi parlemen kita lebih cepat dari transisi pemerintahan. Karena itu, pembahasan rancangan APBN juga lebih awal,” ujar Presiden Yudhoyono.

Pada pengantar sidang, Presiden kembali mengingatkan, tujuh langkah prioritas penanganan krisis tetap menjadi fokus perhatian dalam penyusunan APBN mendatang.

”Pertama kita mengelola kemungkinan pengangguran akibat krisis tahun 2009-2010 ini. Yang terjadi ternyata jauh di bawah dari angka yang dicemaskan dulu. Disebut-sebut karena krisis 1,5 juta orang akan menganggur, yang terjadi kurang dari 60.000 orang,” kata Presiden.

Enam langkah prioritas lain adalah menjaga sektor riil, inflasi, daya beli, proteksi rakyat miskin, kecukupan pangan dan energi, serta pemeliharaan momentum pertumbuhan.

Presiden juga mengingatkan, optimasi dan efisiensi tetap menjadi perhatian pemerintah lima tahun mendatang.

”Kita sudah berupaya untuk melakukan optimasi dan efisiensi pada tingkat pusat. Kita harus melihat secara tajam apakah daerah, provinsi, dan kabupaten/kota juga melakukan hal yang sama,” kata Presiden.

Tekanan harga minyak

Menteri Keuangan sekaligus Pelaksana Jabatan Menteri Koordinator Perekonomian Sri Mulyani Indrawati menjelaskan, APBN diperkirakan akan tetap tertekan oleh fluktuasi harga minyak mentah di pasar internasional hingga tahun 2010. Ancaman itu masih mengemu-ka karena deviasi pergerakan harga minyak ke depan masih sangat luas dan tinggi, 45 dollar AS hingga 120 dollar AS per barrel.

”Fluktuasi harga minyak begitu cepat. Sebagai contoh, kemarin harga minyak mentah berada di level 70 dollar AS per barrel, sekarang turun ke 50-60 dollar AS per barrel,” ujar Sri Mulyani sebelum meluncurkan lima buku Panduan Reformasi Birokrasi, Selasa. Forum dihadiri semua pejabat eselon I dan sekretaris jenderal di departemen dan nondepartemen.

Tekanan harga minyak diungkapkan dalam forum tersebut karena dampaknya terhadap anggaran kementerian dan lembaga nondepartemen sangat riil, antara lain memengaruhi anggaran subsidi. Semua eselon I wajib melakukan perencanaan dengan tingkat akurasi yang lebih tajam.

Menkeu juga mengingatkan, defisit yang sangat tinggi di negara-negara maju menjadi ancaman utama atas perekonomian dunia tahun 2010. Indonesia harus mengantisipasi kemungkinan laju inflasi tinggi dan kejenuhan pasar obligasi yang bisa mempersempit sumber pembiayaan APBN. (OIN/day)



Sumber : Kompas Cetak

Selengkapnya...

Senin, 13 Juli 2009

Utang RI Sudah Membahayakan?

Masalah utang pemerintah kembali mengemuka akhir-akhir ini. Isu ini bahkan menjadi topik yang cukup hangat dalam perdebatan calon presiden yang lalu. Apakah kita perlu terus berutang, dan apakah utang kita saat ini sudah pada level yang membahayakan kesinambungan fiskal kita?

Menurut Departemen Keuangan, total utang Pemerintah Indonesia (domestik dan asing) pada tahun 2009 diperkirakan mencapai Rp 1.700 triliun. Tahun 2004, total utang kita baru Rp 1.299 triliun. Jadi, dalam lima tahun terakhir, total utang Pemerintah Indonesia naik sekitar Rp 401 triliun.

Angka pertumbuhan utang yang ”besar” ini menjadi sasaran empuk pada masa kampanye lalu. Sering disebutkan bahwa keadaan utang kita sudah membahayakan. Anggapan ini membuat sebagian kalangan menjadi kreatif menawarkan alternatif pemecahan masalah utang tersebut. Salah satu alternatif yang ekstrem adalah penjadwalan kembali utang kita.

Alasan berutang

Berutang bukanlah hal yang tabu bagi suatu negara. Hampir semua negara saat ini mempunyai utang. Utang kadang kala diperlukan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi suatu negara ketika ekonomi melambat, saat negara itu mengalami resesi, atau untuk menutup kekurangan pembiayaan anggaran ketika sumber pendapatan dari dalam negeri bermasalah akibat keadaan ekonomi yang buruk.

Selain itu, banyak negara di dunia menerbitkan utang untuk membangun proyek infrastruktur besar, yang justru membuat swasta sulit diharapkan terlibat. Sering kali, keuntungan secara komersial dari investasi semacam ini kecil. Namun, dampak realisasi investasi ini, baik terhadap kesejahteraan masyarakat, keuntungan pelaku bisnis secara tidak langsung, maupun keadaan perekonomian secara keseluruhan, cukup besar.

Beberapa negara bahkan menerbitkan surat utang untuk membiayai kegiatan perangnya. Pemerintah AS, misalnya, menerbitkan surat utang dalam jumlah cukup besar untuk membiayai pasukannya dalam Perang Dunia II. Utang Pemerintah AS naik dari 59 miliar dollar AS tahun 1940 menjadi sekitar 260 miliar dollar AS setelah perang. Pemerintah Australia pun menerbitkan utang untuk membiayai keterlibatannya pada Perang Dunia I dan II.

Untuk Indonesia, kenaikan utang yang signifikan terjadi setelah krisis 1997-1998. Kenaikan ini guna membiayai BLBI, baik untuk menyelamatkan perbankan, maupun untuk merekapitalisasi dunia perbankan kita. Pada saat yang bersamaan, pelemahan rupiah juga membuat utang luar negeri kita dalam rupiah menjadi berlipat-lipat dalam waktu singkat. Akibat krisis tadi, utang pemerintah naik dari Rp 129 triliun tahun 1996 menjadi Rp 1.234 triliun tahun 2000. Naik hampir 10 kali lipat.

Level utang kita sempat relatif stabil pada periode 2000-2006. Namun, mulai tahun 2007, level utang mulai beranjak naik lagi. Kenaikan ini berkaitan dengan ekspansi kebijakan fiskal, baik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, maupun untuk membiayai subsidi bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri tahun 2008.

Kemudian, untuk tahun 2009, kenaikan lebih disebabkan stimulus fiskal yang diberikan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi domestik. Walaupun mahal, langkah ini memang diperlukan untuk mencegah perekonomian kita tidak terpuruk terlalu dalam seperti negara-negara tetangga kita.

Masih berkesinambungan

Dengan utang yang tinggi ini, timbul pertanyaan mengenai kesinambungan kebijakan fiskal kita. Bila investor (baik domestik maupun asing) menganggap utang sudah membahayakan keadaan fiskal kita, tentunya mereka akan segera melepas surat-surat utang dan segera hengkang dari pasar utang pemerintah kita. Sebagian akan melarikan uangnya ke luar negeri dan rupiah pun akan terpuruk. Dampak yang lebih buruk lagi adalah, baik pemerintah, maupun swasta, menjadi kesulitan melakukan pinjaman, baik dalam negeri, maupun luar negeri. Akibatnya, pembiayaan APBN menjadi sulit dan pembangunan perekonomian pun akan terganggu.

Indikator apakah yang menjadi pertimbangan bagi investor untuk menentukan aman tidaknya berinvestasi di surat utang suatu negara?

Pada dasarnya, hal yang paling utama dilihat investor adalah kemampuan dan kemauan negara untuk membayar utang.

Baik kemampuan maupun kemauan sering kali dilihat dari beberapa variabel makroekonomi. Salah satu ukuran ekonomi yang sering digunakan adalah rasio utang terhadap PDB. Semakin kecil rasio ini, semakin mampu suatu negara membayar utangnya dan semakin aman berinvestasi di negara tersebut.

Secara teoretis, tidak ada batasan yang pasti untuk mengatakan rasio utang suatu negara sudah mencapai level yang membahayakan atau tidak. Akan tetapi, negara-negara Eropa bersepakat bahwa rasio utang maksimal yang dapat diterima adalah 60 persen dari PDB.

Dilihat dari ukuran ini, keadaan utang Indonesia untuk saat ini cukup baik. Rasio utang terhadap PDB untuk Indonesia cenderung menurun. Tahun 2004, rasio ini masih pada level 56,6 persen. Tahun 2005 turun ke level 47,3 persen. Adapun tahun 2009, rasio utang kita terhadap PDB diperkirakan turun menjadi sekitar 31 persen.

Dibandingkan dengan negara tetangga pun, keadaan utang kita lebih baik. Rasio utang terhadap PDB Malaysia, misalnya, diperkirakan 41,6 persen. Untuk Thailand rasio ini diperkirakan 39,9 persen untuk tahun 2009.

Jadi, dari ukuran rasio ini, utang Indonesia masih dalam keadaan yang amat aman.

Ukuran lain yang sering digunakan menilai kesinambungan fiskal suatu negara (sekaligus kemampuan membayar utang) adalah rasio defisit terhadap PDB. Sekali lagi, secara teoretis tidak ada patokan jangka pendek yang pasti untuk menentukan fiskal (anggaran) yang aman suatu negara. Namun, negara-negara di Eropa membatasi rasio defisit anggaran maksimum 3 persen terhadap PDB.

Keadaan fiskal Indonesia dilihat dari ukuran ini pun cukup baik. Rasio utang terhadap PDB Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini berada di bawah 3 persen. Tahun 2009, dengan stimulus fiskal yang besar, rasio defisit terhadap PDB Indonesia masih sekitar 2,5 persen.

Indikator lain yang sering diperhatikan untuk mengukur kemampuan membayar utang adalah keseimbangan primer. Ini adalah surplus atau defisit yang terjadi pada anggaran sebelum pembayaran bunga utang. Rasio yang positif menunjukkan adanya kemampuan membayar utang. Dalam ukuran ini pun keadaan anggaran kita masih cukup baik, seperti yang terlihat dari kesetimbangan primer yang selalu positif dalam beberapa tahun terakhir ini (tabel 2).

Sebaliknya, keadaan utang negara-negara maju saat ini banyak yang melewati batas prinsip kehati-hatian. Rasio utang terhadap PDB Jepang, misalnya, diprediksi 217,2 persen pada tahun 2009. Adapun AS mencapai 87,0 persen.

Lalu, mengapa negara-negara tersebut masih dipercaya oleh investor surat utang?

Seperti disebutkan di atas, investor melihat rasio-rasio utang untuk menentukan apakah suatu negara mampu atau mau membayar utangnya. Kredibilitas negara-negara maju dianggap berbeda dengan negara kita. Walaupun keadaan utangnya lebih buruk dari kita, mereka dianggap pasti mau membayar utangnya. Keadaan yang membuat mereka mendapat perlakuan yang lebih istimewa dari investor surat utang. Sayangnya, keistimewaan seperti ini belum dapat dirasakan oleh Pemerintah Indonesia untuk saat ini.

Diskusi di atas menunjukkan bahwa berutang bukanlah hal tabu. Banyak negara melakukan hal tersebut untuk menunjang pertumbuhan ekonominya. Dilihat dari rasio-rasio yang digunakan oleh ekonom dunia, saat ini utang Indonesia pada level yang cukup aman. Namun, bila kita menunjukkan indikasi tidak membayar utang, rasio-rasio tersebut menjadi tidak berguna. Jadi, perlu pendekatan ekstra hati-hati soal isu utang.

Sumber : kompas.com
oleh : Purbaya Yudhi Sadewa Chief Economist Danareksa Research Institute

Selengkapnya...